4 Kasus Buang Bayi Dalam 2 Bulan di Jember, Kata Psikolog Unmuh

Jember, Pak JITU.com – Jasad bayi yang ditemukan terkubur oleh penggali pondasi gudang jagung di Desa Andongsari, Kecamatan Ambulu pada Kamis (20/2/25), menambah daftar rentetan kasus pembuangan bayi di wilayah Kabupaten Jember.

Media ini mencatat setidaknya sudah terjadi 4 kasus pembuangan bayi selama kurun waktu kurang dari 2 bulan sejak 31 Desember 2024 hingga 20 Februari 2025.

KLIK DISINI UNTUK MENDAFTAR

Satu bayi dari 4 kasus pembuangan itu berhasil diselamatkan warga Desa/Kecamatan Jelbuk (31/2/24), dengan kondisi luka-luka dibeberapa bagian tubuhnya karena ditemukan di semak-semak berduri saluran irigasi. Meski demikian tim medis yang menangani bayi tersebut menyatakan kondisinya baik dan sehat.

Masih dihari yang sama seorang terduga ibu pembuang bayi itu disebutkan sedang dalam perawatan di RSD. dr. Soebandi Jember dan dalam pengawasan pihak kepolisian.

Dua bayi lainnya ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa dan terapung di air. Satu bayi ditemukan di wilayah Padukuhan Karangjati Desa Darungan Kecamatan Tanggul (25/1/25).

Terduga ibu pembuang bayi tersebut berhasil dibekuk tim gabungan Polsek Tanggul Polres Jember, yang rumahnya tidak jauh dari TKP penemuan bayi dalam waktu kurang dari 24 jam.

Mirisnya terduga pelaku yang ditangkap Polisi itu, disebutkan sebagai seorang yang masih berstatus siswi kelas 2 sekolah menengah pertama di salah satu sekolah di wilayah Kecamatan Tanggul.

BACA JUGA :   Terduga Ibu Pembuang Bayi Di Karangjati Di Tangkap
BACA JUGA :   Terduga Buang Bayi Di Tangkap, Pacar Diburu Warganet

Satu bayi lagi yang juga ditemukan meninggal dunia terapung di aliran sungai Bondoyudo, Dusun Pucukan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Semboro Minggu (2/2/25), namun kelanjutan kasus ini belum media ini dapatkan.

BACA JUGA :   Penemuan Bayi Di Pondok Dalem Kasus Ke 3 Selama 34 Hari Terakhir Di Jember

Rentetan kasus pembuangan bayi dalam rentang waktu berdekatan ini patut menjadi perhatian banyak pihak, dan dimasukkan dalam kategori kejadian luar biasa. Pasalnya fenomena ini bukan hanya belum pernah terjadi tapi juga terjadi di Kabupaten dengan jumlah pondok pesantren terbanyak di wilayah Provinsi Jawa Timur.

Psikolog P3LM Universitas Muhammadiyah Jember (Unmuh Jember) Nuraini Kusumaningtyas, M. Psi., menyebut banyaknya kasus pembuangan bayi dalam waktu berdekatan belakangan ini di Jember disebabkan banyak faktor diantaranya faktor psikologis, sosial, dan ekonomi.

KLIK DISINI UNTUK MENDAFTAR

Dari sisi psikologis kata Nuraini, bayi-bayi itu tidak diinginkan kehadirannya di dunia ini oleh kedua orang tuanya, seperti kehamilan diluar nikah.

“Stigma sosial terkait kehamilan diluar nikah dapat membuat seseorang merasa takut, malu dan putus asa, sehingga membuang bayi dianggap menjadi solusi permasalahannya. Hal ini bisa dianggap sebagai satu-satunya cara untuk menyembunyikan kehamilan, menghindari rasa malu, dan hukuman sosial,” jelas Dosen yang juga Koordinator Non Litigasi Posbakum ‘Aisyiyah itu.

Lebih lanjut Nuraini memaparkan faktor lainnya adalah ketidaksiapan menjadi orang tua, bisa jadi kehamilan yang tidak direncanakan dari hasil hubungan diluar pernikahan, sehingga kedua orang tuanya tidak siap menerima konsekuensi kehamilan apalagi menjadi orang tua.

“Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, kontrasepsi, atau perawatan bayi dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan dan akhirnya berujung pada pembuangan bayi,” paparnya.

Stres dan tekanan emosional yang luar biasa disebutnya menjadi faktor lainnya. Kehamilan yang tidak direncanakan atau masalah ekonomi yang sangat berat dapat menjadi tekanan stress yang luar biasa bagi ibu.

“Sehingga dalam situasi yang ekstrim, tanpa adanya dukungan sosial, mungkin mereka merasa tidak memiliki pilihan lain selain membuang bayi mereka,” jelasnya.

BACA JUGA :   Jember Darurat Pergaulan Bebas 4 Kasus Pembuangan Bayi Dalam 50 Hari, Kata Gus Aab

“(Faktor lainnya) bisa jadi dipicu karena masalah ekonomi yang membuat orang tua tidak mampu menanggung beban dan pada akhirnya memilih jalan pintas,” imbuhnya.

Depresi Post Partum (Depresi pasca persalinan) disebutkan Nuraini juga bisa jadi sebab maraknya kasus pembuangan bayi. Menurutnya hal ini dapat mempengaruhi emosi, pikiran, dan perilaku seorang ibu.

“Dalam kasus yang parah, depresi postpartum dapat menyebabkan ibu merasa tidak mampu merawat bayi, bahkan sampai memiliki pikiran untuk menyakiti / menyingkirkan bayinya,” bebernya.

KLIK DISINI UNTUK MENDAFTAR

Ditanya langkah-langkah apa yang bisa dilakukan untuk menekan angka terjadinya kasus yang sama dikemudian hari, Nuraini menyebut setidaknya ada 5 hal yang bisa dilakukan.

  1. Edukasi seksual untuk anak dan remaja

  2. Mencegah/menekan perkawinan anak (pernikahan dini) agar anak lebih siap dalam perencanaan keluarga

  3. Pendekatan berbasis komunitas – kolaborasi seluruh lapisan masyarakat untuk saling menjaga lingkungan, saling peduli dalam lingkungan sekitar.

  4. Optimalisasi peran orang tua dan keluarga untuk pengawasan anak, saling peduli antar anggota keluarga, lebih peka dengan kondisi satu sama lain. dan

  5. Peran tim PPK Kabupaten – tim PKK, kader posyandu, akses layanan kesehatan di Puskesmas, akses ke pemberdayaan keluarga (supaya ortu lebih berdaya secara ekonomi).

“Sehingga bisa mencegah hal-hal yg tidak diinginkan terjadi,” pungkasnya. (Yunus).

BACA JUGA :   Penemuan Bayi Di Pondok Dalem Kasus Ke 3 Selama 34 Hari Terakhir Di Jember
BACA JUGA :   Kades Darungan Kecam Keras Pelaku Buang Bayi Di Karangjati
BACA JUGA :   Terduga Ibu Pembuang Bayi Di Karangjati Di Tangkap

Komentar Facebook

About The Author

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan