Jember, Pak JITU.com – Perguruan Silat Tradisional Indonesia (STI) Panji Nusantara, gelar Milad Ke VII di Masjid Abdurahman Musyafi, Desa Banjarsari, Kecamatan Bangsalsari, Sabtu (3/2/24).
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya Milad kali ini dikemas dengan doa bersama dengan pembacaan yasin dan tahlil serta bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Rentetan acara doa bersama tersebut selain untuk kebaikan para pendekar perguruan itu, khususnya 8 orang siswa dilantik sebagai siswa yang sudah lulus, juga untuk mendoakan para leluhur pendiri sekaligus Ketua Umum STI Panji Nusantara Nurdiansyah Rahman.
“Alhamdulillah, Panji Nusantara ini awalnya hanya 1 orang dan saat kini sudah sekitar seribu orang (siswa ;red) yang tersebar dibeberapa kecamatan diKabupaten Jember,” ungkap Nurdiansyah Rahman, Ketua Umum Panji Nusantara, yang juga adalah Eksponen seni budaya ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim se Indonesia) Jember .
Pria yang akrab disapa Cak Nung ini berpesan kepada para siswa berada dalam perguruan STI Panji Nusantara untuk tetap bersemangat, dan tetap peduli terhadap permasalahan sosial dimasyarakat, dan tetap solid dalam menjaga keberlangsungan perguruan tersebut sebagai simbol menjaga peradaban dengan melestarikan seni budaya Nusantara.
“Tentu saya berharap tidak hanya panji Nusantara, untuk melestarikan seni dan budaya, banyak komunitas di Jember maupun di Indonesia, kelompok-kelompok yang mengembangkan seni budaya, kami sangat bangga kepada siapapun yang lebih konsen berupaya melestarikannya,” harapnya.
Dr. Aries Harianto, S.H., M.H., seorang pakar hukum Universitas Negeri Jember (Unej) yang juga Ketua Dewan Pakar ICMI Jember, sebagai salah satu pembicara yang hadir meramaikan acara tersebut mengapresiasi upaya pelestarian budaya melalui silat Tjimande di STI Panji Nusantara tersebut.
“Panji Nusantara itu lebih memposisikan diri tidak saja sebagai orang yang terampil beladiri tapi komunitas yang tahu diri,” kata Aries, setelah membeberkan misteri angka 7 di Milad ke 7 perguruan silat tersebut yang menurutnya memiliki keistimewaan ilahiah.
Sementara itu Kustiono musri, seorang aktivis senior di Jember yang juga menjadi bagian cikal-bakal awal berkembangnya perguruan tersebut, mengapresiasi para siswa perguruan STI Panji Nusantara yang tidak pernah terlibat dalam konflik-konflik antar perguruan silat sebagaimana sering terjadi diberbagai daerah, “Panji Nusantara selama saya ikuti Alhamdulillah tidak pernah ada informasi tawuran, ini yang patut menjadi contoh teladan bagi perguruan-perguruan lain,” ulasnya.
Ditemui tempat dan waktu yang sama Miftahul Rahman, selaku Dewan Penasehat pergururuan silat Tjimande itu kepada Pak JITU.com menuturkan harapannya agar siswa-siswa Panji Nusantara itu menjadi ujung tombak dalam membangun peradaban Nusantara, “Semoga siswa-siswa Panji Nusantara menjadi ujung tombak terdepan, agen perubahan dalam rangka membangun peradaban Indonesia yang bernuansa dan berjiwa semangat warisan para leluhur,” tutupnya. (*)