Jember, Pak JITU.com – Seperti sudah pernah disebutkan oleh dr. Ignatius Yuli Sugiarto, sebagai Kepala Puskesmas Semboro, Jember, Bahwa ia dan para karyawan puskesmas tempat ia bekerja itu melakukan plesiran ke salah satu tempat wisata di Lumajang, dengan meninggalkan 2 pasien rawat inap kepada 2 perawat (Nakes), yang ia sebut sebagai diminta bantuan (mempercantik bahasa menyewa) menjadi sorotan.
Dua perawat yang di pakai Sugiarto pada sabtu 9 Desember 2023 itu, kemudian diketahui berinisial Y dan D, keduanya diduga bekerja di Puskesmas Rowotengah yang beralamatkan di Jl. Gajahmada No. 77 Sumberagung, Sumberbaru, Jember. Sesuai pengakuan keduanya saat ditanya awak media dihari dan ditempat mereka di ‘sewa’. Salah satu dari keduanya juga sempat menyebutkan bahwa mereka dibayar Rp. 160.000,- (seratus enam puluh ribu rupiah) per orang per hari itu.
Saat wartawan Pak JITU.com coba konfirmasi di tempat mereka diduga bekerja (Puskesmas Rowotengah) jumat (15/12), keduanya disebutkan oleh perawat lainnya sedang tidak ditempat karena sedang shift malam.
Sementara itu Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Pusat Kesehatan Masyarakat (UPTD Puskesmas) Rowotengah, dr. Annavira saat dikonfirmasi diruang kerjanya tidak membantah bahwa Y dan D, memang bekerja di Puskesmas yang sedang dipimpinnya itu, namun ia mengaku tidak tahu-menahu kalau keduanya berjaga di Puskesmas Semboro pada sabtu (9/12).
“Jadi gini mbak, yang pertama saya ingin mengklarifikasi ya, jadi ini yang saya tahu, jujur, yang saya tau adalah, saya waktu itu, itu 9 desember geh kalau gak salah ya, nah itu saya cuti, itu yang pertama. yang kedua saya tidak tahu kalau misalnya ada nakes yang dari sini kemudian, apa istilahnya?, bukan disewa mungkin dipinjam geh?, untuk jaga disana menggantikan teman-teman dari sana yang mungkin sedang me.. selesai melaksanakan akreditasi ya?, jadi mereka mungkin liburan sebentar,” jelas Annavira, dengan intonasi yang terdengar seperti orang yang baru saja selesai melakukan olah raga, atau mungkin karena sambil memakai masker.
Menegaskan apakah keduanya meminta ijin darinya, Annavira secara lugas menjawab tidak tahu, “Saya tidak tahu bukan tidak mendapatkan ijin ya, jadi saya tidak tahu, saya tidak tahu,”.
Ditanya tentang mekanisme perawat melaksanakan tugas medis ditempat lain seperti yang dilakukan kedua bawahannya, Annavira menjawab secara tertulis tidak ada, “cuman gini, saya pikir, saya rasa ya, prosedurnya mungkin memang kurang pas, kalau atasan tidak tahu, seperti itu,”.
Dimintai tanggapan atas apa yang sudah dilakukan kedua bawahannya, yang sebelumnya sudah berulang kali ia sebutkan tanpa sepengetahuannya itu, Annavira menganggapnya tidak masalah, “jadi kalaupun misalnya, dr. Sugi selaku pimpinan disana, meminta keterangan saya atau meminta ijin kepada saya, saya juga pasti mengijinkan seperti itu,” jelasnya.
“Mungkin prosedurnya saja yang kurang pas, tetapi sebenarnya ya tidak apa-apa, untuk nakes disini mungkin dipinjam kesana, tapi kita kan tidak tahu ya kebenarannya?,” imbuhnya, seperti tidak yakin atau mungkin khawatir dengan apa yang sudah diucapkannya.
Terjadinya dugaan praktek ‘sewa-menyewa’ Nakes di Puskesmas Semboro, yang diduga menyalahi Standar Operasional Prosedur (SOP) ini disayangkan oleh seorang pemerhati sosial kesehatan, Tamam (41), ia menganggap kejadian tersebut mengarah pada rentalisasi Nakes.
“Kok kayak rental, gak bahaya tah?,” ungkap Tamam memulai sembari tersenyum sinis, saat wartawan Pak JITU.com mintai tanggapan dengan kejadian itu (16/12).
“Gak jelas kabeh (semua), bagaimana seorang dokter meninggalkan pasiennya kepada orang lain yang tidak tahu-menahu riwayat kenapa pasien tersebut masuk kesana, apa penyakitnya, dan semacamnya?. sekalipun keduanya memang Nakes,” imbuhnya dengan intonasi sedikit meninggi.
“Mirisnya lagi itu dilakukan oleh Puskesmas yang baru saja di Akreditasi, semoga saja akreditasinya dicabut. loh iya toh, ini Puskesmas, kaitannya dengan keselamatan Pasien, nyawa orang, kok kayak rental mobil?. Okelah perlu rekreasi karena baru akreditasi, gak bisa tah bertahap, bergelombang, berjenjang, bergantian?. jadi pelayanan tetap berjalan sebagaimana mestinya, semoga dicabut akreditasinya. Top doktere iku (itu ;red) top,” tutup Tamam, terlihat emosi seraya mengacungkan dua jempol keatas. (fit/fan)