Jember, Pak JITU.com – Batik sebagai warisan leluhur nusantara yang adiluhung kian hari kian berkembang dimasing-masing daerah di Jawa dengan corak dan kekhasannya sesuai daerah asalnya.
Corak batik Solo akan berbeda dengan batik dari Pekalongan, Yogyakarta, Lasem Rembang, Madura dan seterusnya, begitu juga dengan batik khas Jember, meski belum se populer batik-batik didaerah lainnya, batik Jember juga mulai berkembang untuk bisa bersaing dipasaran batik di Indonesia bahkan internasional, apalagi Jember belakangan ditempati even-even besar termasuk yang berskala internasional.
Jejak sejarah menjadi salah satu yang saat ini inten dikerjakan oleh pelaku seni batik di jember, dan Sejarah Pasadeng menjadi bagian yang menjadi tema batik Jember yang diperkirakan memiliki estetika seni yang luar biasa dan mampu membuat Batik Jember bersaing dipasaran.
Keseriusan para pembatik Jember dalam bersaing ini tampak ketika Selama dua hari berturut-turut (20-31/9/23), bertempat di Bukit Terapi 9 Curahnongko, Tempurejo, sebanyak 40 orang mahasiswa dari prodi fakultas Usuludin dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Achmad Siddiq Jember melaksanakan pelatihan Kelas Membatik dipandu oleh Siti Hariyani dari Sanggar Batik Hariyani Ambulu Jember.
“Peserta kita ajari membuat design, mencanting dan pewarnaan,” kata Hariyani saat ditemui disela-sela acara.
Hariyani juga menjelaskan bahwa kegiatan tersebut juga bagian dari memperingati Hari Batik Nasional, “Unesco sudah mengakui keberadaan batik sebagai kekayaan Indonesia dan tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik, dan masyarakat dihimbau mengenakan baju batik pada Hari Batik,” ucapnya.
Sedangkan Syafiqul Umam selaku ketua Himpunan Mahasiswa Prodi Sejarah UIN menyampaikan kepada awak media, kelas membatik ini secara rutin dilaksanakan setiap tahun. Selain belajar membatik juga diselenggarakan penampilan seni dan sarasehan budaya pada malam harinya, “kita hafirkan Ir. Sujatmiko selaku ketua Forum Pembauran Kebangsaan (FPK) Kabupaten Jember dengan tema menguak sejarah perkembangan masyarakat dan pondok pesantren sepuh (tua ;red) di Jember,” ujarnya. (Cak Nung)